<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d7081155753074525083\x26blogName\x3dArtikel+Tanah+Air+-+ku\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLUE\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://mugi-bangsa.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den_US\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://mugi-bangsa.blogspot.com/\x26vt\x3d-1739247575418278458', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe", messageHandlersFilter: gapi.iframes.CROSS_ORIGIN_IFRAMES_FILTER, messageHandlers: { 'blogger-ping': function() {} } }); } }); </script>

22 June 2007


Lomba Mengekspos Banjir

Intensitas banjir yang terus meningkat sejak 2 hingga 3 Februari 2007, mempunyai efek musibah yang menimpa masyarakat Jakarta dan kota-kota selingkungannya. Banjir yang diderita sebagian besar penduduk Jakarta ini dijadikan komoditi yang laku di pasaran media elektronik, khususnya televisi.

Ada kejadian menarik yang belakangan terjadi dari cara reporter-reporter pertelevisian tersebut dalam menyampaikan berita banjir.

Awalnya reporter banjir dari TV A mengabarkan kejadian banjir yang tampak di belakang sang reporter (sambil berendam di air hingga selutut), lalu TV B menyiarkan banjir di wilayah lain sambil membenamkan dirinya hingga sebatas perut, reporter lain lagi sambil sedikit gamang (karna air hampir melebihi batas dadanya) bercerita hebatnya banjir kali ini, bahkan ada reporter yang sambil berpegangan pada seutas tali memberitahukan melalui mikrofon di tangan satunya mengenai posisi dia berdiri yang tidak menyentuh dasar. Hebat kan??

Mungkin karena tidak semua stasiun TV dapat saya saksikan langsung secara bersamaan, saya tidak melihat bantuan berarti dari media televisi, kecuali evakuasi yang dilakukan oleh sebuah stasiun TV menggunakan mobil operasionalnya. Mereka hanya menanyakan para korban banjir tentang sudah dapat atau belum bantuan pemerintah yang dijanjikan. Sementara reporter radio-radio swasta yang saya pantau, benar-benar memberikan informasi yang sangat berguna dengan menginformasikan wilayah mana yang membutuhkan konsumsi, obat-obatan, lotion anti nyamuk, tenda darurat, hingga wilayah mana saja yang sudah cukup, hingga bantuan dapat di arahkan ke wilayah banjir lainnya.

Cara yang dilakukan para reporter radio tersebut sungguh sangat membantu saya dalam hal bantuan yang saya distribusikan, meski saya sendiri bertemu langsung dengan para korban banjir, namun memiliki kemampuan pemantauan yang jauh lebih rendah dibanding para reporter radio tersebut.

Satu hal yang jelas disini, rekan-rekan reporter televisi kita hanya mementingkan beritanya yang "wah" dengan lomba menemukan lokasi banjir dengan ketinggian air lebih tinggi. Mereka cenderung mengutamakan tanggung jawabnya sebagai reporter yang hanya sekedar mereport/melaporkan saja kejadian di sekitarnya, dan nurani atau kemanusiaannya kurang tersentuh untuk melakukan lebih.

Bantuan Pemerintah
Aneh juga melihat Pemda memberikan bantuan yang serba kurang persiapan juga keberanian. Coba saja lihat bila ada tim penolong yang berani melawan arus demi mengevakuasi, memberikan bantuan pangan untuk orang-orang yang terjebak banjir, tim tersebut pasti dari pihak swasta, misal Wanadri, Arus Liar, Mapala dll. Lalu lihat juga bantuan yang diberikan pihak swasta, baik masyarakat lingkungan sekitar banjir atau masyarakat lain, mereka memberikan bantuan yang lebih berarti, lebih tepat dan lebih berkelanjutan.

Jadi bantuan kecil (minor) dari pemerintah sebetulnya kurang tepat. Sebaiknya pemerintah mengurusi hal-hal yang lebih besar, misalkan mengurus banjir kanal, membuat bendungan-bendungan memperhatikan kelancaran arus air sungai. Bukan hal-hal sepele yang pasti dapat dilakukan masyarakat umum dengan lebih baik.

Semoga saja banjir ini segera berakhir, karena bukan hanya kerugian yang ditimbulkan banjir yang kita sesalkan, tapi yang lebih berat adalah bahwa sesungguhnya kita sudah mengetahui hal ini akan terjadi, namun kita hanya bisa pasrah menerimanya. Sebegitu sajakah bangsa yang besar ini?

0 Comments:

Post a Comment

<< Home


Islamic Calendar Widgets by Alhabib
Free Hijri Date

Kecantikan seseorang harus dilihat dari matanya, karena itulah pintu hatinya - tempat dimana cinta itu ada.